ESEMKA seakan memberi harapan pada Rakyat Indonesia untuk menjadi mobil nasional, terlebih lagi setelah Jokowi terpilih menjadi Presiden. Namun kini harapan itu mungkin akan sirna.
Sebenarnya cita-cita Indonesia memiliki mobil nasional sendiri sudah sejak lama. Berikut ini beberapa kisah Mobil Nasional yang digadang-gadang menjadi kebanggaan bangsa, namun akhirnya kandas dan tidak terdengar lagi .
1. Mobil Timor
Pada Jaman Orde Baru Mobil Timor adalah Mobil Nasional yang berhasil dikembangkan di Indonesia. Terlepas dari kontroversi yang menyertainya, Timor kini mungkin masih menyisakan sisa-sisa kejayaannya. Lihat Saja sekarang masih bisa dijumpai mobil Timor melenggang di jalanan.
Mobil Timor merupakan Mobil Nasional yang dikeluarkan dengan dasar Inpres Nomor 2 Tahun 1996 tentang Mobnas. Singkat cerita kelanjutan dari Inpres tersebut menunjuk PT. TPN , Milik Tommy Soeharto sebagai pionir mobil nasional. Konsekuensinya mereka dibebaskan dari bea masuk dan pajak dengan syarat mereka harus menggunakan komponen lokal sebesar 20 % pada tahun pertama, 40 % pada tahun kedua, dan 60% pada tahun berikutnya. Model pertama dari mobil ini adalah Timor S515 yang merupakan rebranding dari Kia Sephia versi 1995. Namun akhirnya Timor juga kandas karena krisis moneter dan krisis politik.
2. Mobil Fin Komodo dan Fin Tawon
Nasib lebih tidak beruntung pada mobil nasional Fin Komodo dan Fin Tawon dibandingkan Mobil Nasional Timor. PT Fin Komodo Teknologi, produsen mobil Fin Tawon dan Fin Komodo, yang bermarkas di Bandung ini sulit mengembangkan produksi massal karena minimnya pasar dan dana yang cekak.
Padahal, Fin Komodo dan Fin Tawon mungkin layak disebut sebagai mobil nasional, lantaran proses produksi dan teknologinya murni dari dalam negeri. “Pemerintah diam-diam saja, tidak ada dukungannya,” ujar Koordinator Pemasaran Fin Komodo Teknologi, Dewa Yuniardi.
Untuk dua mobil Nasional ini produknya kalah bersaing dengan merek Jepang yang sudah bercokol di Tanah Air sejak empat dekade lalu. Agar bisa bertahan, kata Dewa, Fin berupaya membentuk segmen pasar khusus. Fin Tawon, misalnya, mengincar pasar kendaraan niaga di pedesaan.
Adapun Fin Komodo, yang dirancang sebagai kendaraan off road, menggandeng instansi militer. Namun, kendala klasik tetap menghantui merek dagang ini. Untuk produksi massal, Fin harus bergantung pada pasar dan penetrasi pasar pun butuh biaya besar.
3. Mobil ESEMKA
Meski belum menjadi mobil Nasional secara resmi , namun ESEMKA sempat digadang-gadang menjadi mobil nasional. Namun kini nasibnya lebih apes karena layu sebelum berkembang. Di Surakarta saat ini yang pernah mencuat dengan calon mobnas Esemka. Solo Technopark sekarang sudah tak seramai dulu. Tak ada lagi bunyi tempaan logam, raungan mesin, dan ingar-bingar warga yang menonton manuver kendaraan yang sedang diuji. Di dalam gedung cuma tersisa dua mobil Esemka Rajawali, dengan kilau cat hitam yang hampir memudar.
PT Solo Manufaktur Kreasi, sudah hengkang. Juru bicara Solo Manufaktur Kreasi, Sabar Budi, mengaku terpaksa pindah setelah produksi Esemka berhenti.
Itulah nasib beberapa Mobil Nasional yang merana dan tidak jelas nasibnya.
0 Response to " Ini Kisah Beberapa Mobil Nasional "
Post a Comment