Untungnya, setiap penyelam yang turun ke dasar laut selalu ditemani oleh penyelam lain. Rekan Boflen, Oot, masih memiliki oksigen yang cukup untuk membawa dirinya serta Boflen sampai ke permukaan. Akhirnya, satu tabung oksigen dipakai untuk berdua secara bergantian.
"Saat selesai menandai obyek, oksigen saya malah sudah nol dan harus berbagi dengan Bovlen," ujar Oo, Rabu, 7 Januari 2014. Penyelaman memakan waktu sekitar 25 menit di kedalaman 35 meter. Ketika ditemukan, ekor Air Asia dalam keadaan terbalik. Di dasar laut, tugas Bovlen memfoto seluruh sisi ekor.
Sedangkan Oo bertugas mengaitkan puing tersebut ke sensor penanda dasar laut atau beacon. Beruntung, Bovlen dan Oo berhasil kembali ke permukaan tanpa kendala. Ketika muncul, dua orang dari satuan Tim Intai Amfibi TNI AL itu langsung mengepalkan tangan sebagai reaksi bahwa mereka menemukan obyek yang dicari.
Ini positif ekor pesawat," kata koordinator penyelaman TNI AL, Mayor Profs Dhegraft. Bovlen dan Oo menyelam pada kedalaman 34 meter selama 17 menit. Dia yakin obyek tersebut ekor pesawat dari adanya tulisan "Ai" yang menunjukkan kemiripan dengan logo pesawat Air Asia.
Menurut Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI FH Bambang Soelistyo,setelah berhasil menemukan bagian ekor pesawat AirAsia QZ8501 pada Rabu pagi (7/1), tim gabungan pencari bangkai pesawat langsung fokus mencari lokasi black box atau kotak hitam yang diduga berdekatan dengan bagian ekor pesawat.
0 Response to " Kehabisan Oksigen Saat Penemuan Ekor Air Asia "
Post a Comment